Salah satu bentuk optimalisasi pelayanan kefarmasian yang berpusat pada pasien adalah melalui pemanfaatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE). Pelayanan Edukasi Obat atau KIE adalah proses diskusi yang dipimpin oleh apoteker dan pasien/keluarga pasien untuk mengeksplorasi diri dan membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran sehingga pasien/keluarga pasien memperoleh keyakinan akan kemampuannya menggunakan obat dengan benar. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 72 Tahun 2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, menyebutkan bahwa pada saat penyerahan obat, harus memberikan informasi terkait obat yang meliputi nama obat, kegunaan/indikasi, aturan pakai, efek terapi dan efek samping dan cara penyimpanan obat. Namun, proses KIE ini seringkali menemui hambatan dengan pasien maupun keluarga pasien yang menyebabkan pasien tidak mengikuti petunjuk penggunaan obat.
Perkembangan zaman yang sudah memasuki era digital, setiap permasalahan dan perkembangan terbaru baik dalam lingkungan pemerintahan maupun bidang kesehatan diharuskan memberikan suatu kemajuan berupa perubahan dan inovasi-inovasi terbaik dari setiap instansi maupun individu. Maka, apabila dilihat dari permasalahan yang ada serta melihat tujuan perbaikan kedepannya, maka metode yang digunakan adalah menambah sumber informasi penunjang yang dapat diakses oleh pasien maupun keluarga pasien dimanapun dan kapanpun. Pemberian edukasi terkait obat yang sebelumnya hanya melalui lisan, kini di Rumah Sakit Umum Daerah Ploso sudah ada sumber informasi penunjang, yaitu Sistem Barcode Obat (SIBOBA). SIBOBA adalah sistem barcode terintegrasi yang berisikan informasi tentang obat, meliputi nama obat, kegunaan/ indikasi, aturan pakai, dosis, efek samping, hal-hal yang perlu diperhatikan, serta cara penyimpanan obat yang baik dan benar. Penambahan sumber informasi obat yang dimaksud adalah dengan cara memberikan barcode obat yang tertempel pada masing-masing kemasan obat. Barcode terdapat 2 macam tipe, yaitu satu dimensi dan dua dimensi. Barcode 1 dimensi lebih sering disebut dengan kode batang. Sedangkan barcode 2 dimensi merupakan simbol-simbol yang berbentuk persegi, titik, heksagon dan bentuk geometri lainnya pada gambar yang berada dalam bujur sangkar, atau lebih dikenal dengan sebutan QR-Code. Pada SIBOBA ini menggunakan barcode 2 dimensi (QR-Code) sehingga dapat discan melalui telepon genggam berbasis android.
Dengan adanya SIBOBA ini maka pasien dapat dengan mudah mengidentifikasi atau mencari informasi tentang obat-obat yang didapatkannya. Seiring kemajuan teknologi, maka SIBOBA diharapkan dapat menjadi kebutuhan mendasar bagi setiap pasien untuk lebih peduli terhadap obat. Sehingga secara tidak langsung akan membantu menurunkan angka kesalahan penggunaan obat. Selain itu, SIBOBA merupakan serangkaian pelayanan edukasi kefarmasian yang terintegrasi dimana Informasi terkait obat dapat diakses lebih mudah dan menjadi Sumber Informasi Obat tidak hanya bagi pasien namun juga bagi tenaga kesehatan lain. Harapan kedepannya dengan adanya SIBOBA ini maka akan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan serta dapat meningkatkan kepercayanaan masyarakat terhadap RSUD Ploso.